Membaca kembali NDP yang digagas oleh Cak Nur dan dua rekannya akan membawa setiap pembacanya ke dalam dimensi pemahaman yang lebih mendalam.
KOMUNALIS.COM, OPINI - Ada dua tokoh besar yang berangkat dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Tokoh pertama adalah pendiri HMI yakni Lafran Pane. Sejak kecil, ia mengalami berbagai kesulitan hidup, pergolakan pemikiran, hingga pergaulan yang penuh dengan tantangan fisik. Dengan segala perjalanan yang ia tempuh serta keresahan pemikirannya mengenai Islam, Lafran melihat realitas sosial dan kondisi masyarakat Islam yang stagnan dalam pemikiran dan wawasan keislaman.
Selain itu, ia juga menyadari bahwa praktik ibadah di kalangan masyarakat hanya terbatas pada ritus dan simbolisme semata. Masyarakat Islam terpecah-belah dan terkotak-kotak oleh garis patron tertentu, yang semakin membelenggu umat. Dari situ, Lafran mencapai kesimpulan bahwa diperlukan wadah bersama yang menjadi payung besar bagi mahasiswa dan masyarakat Islam. Dengan tujuan menjaga serta mengembangkan pemikiran dan nilai-nilai keislaman, HMI pun didirikan.
Tokoh kedua adalah Nurcholish Madjid, yang menjadi inisiator atau “peletak” Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP). Cak Nur—panggilan akrab Nurcholish Madjid—memiliki kegelisahan yang mendalam terhadap kondisi pemikiran Islam yang kian terdegradasi, terutama di dunia Islam Timur Tengah. Pengalamannya berdiskusi langsung di kawasan tersebut serta membaca berbagai buku doktrinal keislaman semakin memperkuat kritiknya terhadap kondisi yang ada. Pergolakan pemikiran ini kemudian mendorongnya untuk merumuskan NDP, yang akhirnya dijadikan sebagai pedoman bagi kader HMI dalam berjuang.
Membaca kembali NDP yang digagas oleh Cak Nur dan dua rekannya akan membawa setiap pembacanya ke dalam dimensi pemahaman yang lebih mendalam. Konsep tauhid yang selama ini hanya dipahami sebatas pembacaan teoritis dan praktik ibadah ternyata bisa menjadi lebih luas dan bermakna.
Melalui NDP, tauhid berarti meluruhkan segala budaya yang menghalangi manusia dari pesan-pesan ketuhanan. Persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah membawa konsekuensi bahwa segala sesuatu selain-Nya hanyalah makhluk. Implikasi dari keyakinan ini adalah kewajiban untuk beramal saleh dan berjuang secara total dalam menyebarkan semangat ketuhanan di semua aspek kehidupan. Perjuangan ini tidak boleh terpaku pada sosok selain Tuhan, karena segala sesuatu selain-Nya bersifat nisbi dan memiliki kelemahan. Hanya Tuhan yang mutlak, dan pesan-pesan-Nya harus diterapkan dalam kehidupan.
Tauhid yang diperjuangkan dalam NDP adalah upaya total untuk menancapkan pesan ketuhanan dengan menciptakan ruang kehidupan yang setara, kesejahteraan masyarakat melalui pemerataan ekonomi, kepemimpinan yang berbasis ilmu dan spiritualitas tinggi, serta pemajuan kemanusiaan. NDP juga mendorong terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur dalam ridha Allah SWT.
Segala hal yang bertentangan dengan semangat tersebut dianggap sebagai jelmaan thagut yang harus diruntuhkan, seperti sistem yang tidak memberikan keadilan, kepemimpinan dengan kebijakan yang menyengsarakan rakyat, serta berbagai bentuk praktik kezaliman. Bahkan dalam internal HMI sendiri, ada istilah “setan” atau “senior tanggung” yang sering kali menghambat pola perkaderan. Praktik-praktik ini bertolak belakang dengan semangat, nilai, dan pesan ketuhanan yang tertuang dalam NDP.
NDP dan Ruang Sepi
Penjagaan NDP sebagai sumber ideologi HMI terus dilakukan melalui berbagai pelatihan formal, mulai dari jenjang paling dasar hingga yang tertinggi, yaitu LK3. Penggodokan pemikiran kader yang berlandaskan spirit NDP menjadi prioritas utama agar kesadaran kolektif terus terbentuk dan berkembang. Pendalaman serta pentransferan pemahaman ini menciptakan kader-kader yang siap meneruskan perjuangan dan menghidupkan nilai-nilai NDP.
Para “guru kebaikan”—sebutan yang digunakan Cak Nur untuk para ideolog di HMI—adalah mereka yang secara konsisten mendakwahkan NDP serta menginternalisasikan pemikiran tersebut hingga merasuk ke alam bawah sadar para kader. Semakin dalam nilai-nilai NDP dihayati dan diimplementasikan dalam kelembagaan HMI maupun masyarakat, semakin menyala pula semangat perjuangan kader.
Namun, sering kali para pengkaji dan pendakwah NDP mengalami kesulitan dalam beraktualisasi. Mereka yang mendalami pemikiran NDP justru jarang mendapat posisi strategis dalam HMI. Akibatnya, pengimplementasian NDP sering kali terhambat, bahkan dalam internal HMI sendiri.
Di banyak kesempatan, HMI sebagai organisasi sering kali absen dalam merespons permasalahan rakyat. Ketika publik mengharapkan suara kritis dari HMI terhadap kebijakan yang merugikan masyarakat, yang terjadi justru sebaliknya: HMI lebih banyak disibukkan oleh perpecahan dan konflik internal. Lebih spesifik lagi, PB HMI kehilangan suara kritisnya dalam merespons berbagai isu penting, seperti kebijakan pagar laut, kelangkaan gas, campur tangan kekuasaan dalam lembaga hukum, dan berbagai masalah lainnya.
Fakta ini menunjukkan adanya jarak antara nilai-nilai NDP dengan praktik yang berjalan di tubuh HMI. Secara sederhana, NDP sering kali terpinggirkan dari dinamika kekuasaan struktural HMI. Bahkan, dalam analisis kebijakan, NDP kerap tidak menjadi rujukan utama.
Para pengajar NDP pun sering kali terpinggirkan dan teralienasi dalam menyuarakan kebenaran. Minimnya ruang dan posisi strategis membuat mereka sulit mendorong NDP sebagai pilar analisis dalam berbagai kebijakan. Dengan demikian, baik pengajar NDP maupun nilai itu sendiri harus menghadapi kenyataan pahit bahwa berpegang teguh pada prinsip sering kali berarti keterasingan. Kekuasaan cenderung enggan berkolaborasi dengan mereka yang terlalu teguh dalam memegang nilai dan prinsip perjuangan.
Pada akhirnya, tantangan utama bagi para pejuang NDP adalah bagaimana memastikan nilai-nilai ini tetap hidup dan relevan di tengah dinamika organisasi dan sosial-politik yang terus berubah. Hanya dengan menjaga komitmen terhadap nilai-nilai perjuangan dan tetap kritis terhadap segala bentuk penyimpangan, semangat NDP akan tetap membara dan terus menjadi sumber inspirasi bagi kader-kader HMI di masa mendatang.
Penulis:
Herman Sunaro Lubis
(Peserta Latihan Kader 3 HMI BADKO JAMBI 2025)
(Bendahara Umum HMI Cabang Ciputat 2023-2024)
Recommended Post
Kemenham Dorong Daerah Lebih Serius Tegakan HAM
Leave a Comment